Dinding dingin dan lembab yang dipenuhi relief sengaja saya sentuh untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi dan bukan juga efek dari meminum sekaleng Angkor beer. Janji saya pada dini hari akan mendatangi komplek Angkor Wat akhirnya terpenuhi, dengan sopir tuk-tuk yang sudah menunggu dan siap berangkat.
Menikmati kemunculan matahari dari balik candi merupakan hal yang pertama kali dilakukan setelah datang kesini, dengan mengambil lokasi pada kolam teratai yang terletak di depan Angkor Wat. Sembari menunggu waktu untuk masuk ke dalam komplek candi, tidak ada salahnya ikut berfoto di kolam teratai ini. Tidak kurang dari puluhan orang berusaha mengabadikan momen ini dengan gayanya masing-masing.
Candi yang konon dibangun pada abad ke-12 dan memakan waktu pembangunan sekitar tiga puluh tahun ini memang paling tepat dikunjungi pada pagi dan sore hari, dimana sinar matahari menembus lorong-lorong dengan sangat indah. Pada beberapa sudut di Angkor Wat bisa dijumpai banyak kelelawar bergantung bersembunyi dari sinar matahari yang mulai terang.
Jika berminat dan mengerti bahasa Khmer tidak ada salahnya mencoba untuk meminta doa dari para tetua yang ada di beberapa sudut candi. Nuansa religius mendadak muncul ketika lantunan doa diucapkan seorang tua yang ditujukan untuk pengunjung. Asap dupa memutih menebarkan wangi yang khas mengiringi doa dan harapan yang dipanjatkan.
Semakin siang semakin menarik untuk dijelajahi, namun saya teringat sopir tuk-tuk yang menunggu. Masih ada beberapa tempat lagi yang harus dijelajahi sebelum matahari semakin tinggi dan menyengat.
Menikmati kemunculan matahari dari balik candi merupakan hal yang pertama kali dilakukan setelah datang kesini, dengan mengambil lokasi pada kolam teratai yang terletak di depan Angkor Wat. Sembari menunggu waktu untuk masuk ke dalam komplek candi, tidak ada salahnya ikut berfoto di kolam teratai ini. Tidak kurang dari puluhan orang berusaha mengabadikan momen ini dengan gayanya masing-masing.
Candi yang konon dibangun pada abad ke-12 dan memakan waktu pembangunan sekitar tiga puluh tahun ini memang paling tepat dikunjungi pada pagi dan sore hari, dimana sinar matahari menembus lorong-lorong dengan sangat indah. Pada beberapa sudut di Angkor Wat bisa dijumpai banyak kelelawar bergantung bersembunyi dari sinar matahari yang mulai terang.
Jika berminat dan mengerti bahasa Khmer tidak ada salahnya mencoba untuk meminta doa dari para tetua yang ada di beberapa sudut candi. Nuansa religius mendadak muncul ketika lantunan doa diucapkan seorang tua yang ditujukan untuk pengunjung. Asap dupa memutih menebarkan wangi yang khas mengiringi doa dan harapan yang dipanjatkan.
Semakin siang semakin menarik untuk dijelajahi, namun saya teringat sopir tuk-tuk yang menunggu. Masih ada beberapa tempat lagi yang harus dijelajahi sebelum matahari semakin tinggi dan menyengat.